Selasa, 31 Juli 2012

Isra Miraj dan Teori Relativitas



Sejarah Islam mencatat peristiwa unik dan sulit dicerna akal, Isra dan Miraj. Secara istilah, Isra berjalan di waktu malam hari, sedangkan Miraj adalah alat (tangga) untuk naik. Isra mempunyai pengertian perjalanan Nabi Muhammad saw pada waktu malam hari dari Masjid Al Haram Mekkah ke Masjid Al Aqsha Palestina. Miraj adalah kelanjutan perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjid Al Aqsha ke langit sampai di Sidratul Muntaha dan langit tertinggi tenpat Nabi Muhammad saw bertemu dengan Allah swt. Isra’ Miraj adalah kisah perjalanan Nabi Muhammad ke langit ke tujuh dalam waktu semalam. Prosesi sejarah perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad termaktub dalam QS. 17.Al-Isra’ :1 yang berbunyi
“Maha suci Allah yang menjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Majidil Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan kepadanya sebahagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. (QS. 17.Al-Isra’ :1)
Dan tentang mi’raj Allah menjelaskan dalam QS. An-Najm:13-18:
“Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm:13-18)

Teleportasi Quantum





DI tahun 1980-an, ketika menonton serial Star Trek, kita dibuat terpana dengan adegan perpindahan seseorang dari satu tempat ke tempat lain, yang jaraknya puluhan ribu kilometer, dengan secepat kilat. Sejak itu, kita mulai akrab dengan istilah ’’teleportasi’’. Lalu, di tahun 1990-an, kita kembali terpesona dengan aksi teleportasi yang disuguhkan serial Quantum Leap.

Namun di era modern ini, teleportasi bukan lagi sekadar tontonan. April 2011 lalu, sebuah tim yang terdiri atas gabungan ilmuwan Australia dan Jepang berhasil melakukan uji coba teleportasi paket gelombang, berupa cahaya, ke lokasi yang berbeda menggunakan mesin bernama teleporter.

PRINSIP RELATIVITAS (Dalam Pengertian Terbatas)

Dengan tujuan untuk mencapai kejernihan yang paling memungkinkan, Kita tinjau mengenai kereta api yang sedang berjalan dengan keepatan tetap atau seragam. Kita akan menyebut gerak seperti ini sebagai translasi seragam (“seragam” karena gerak tersebut mempunyai kecepatan dan arah yang tetap/konstan, “tanslasi” karena meskipun kereta api itu berubah posisinya relative terhadap tanggul rel tetapi  tidak berotasi dalam geraknya). Mari kita membayangkan seekor burung gagak terbang melintas di udara dalam suatu cara sehingga gerakan burung tersebut, sebagaimana teramati dari tanggul rel, adalah seragam dan dalam lintasan lurus. Jika kita hendak mengamati si burung gagak yang sedang terbang itu dari dalam kereta api yang juga sedang bergerak, kita akan menemukan bahwa gerakan si burung memiliki kecepatan dan arah yang berbeda, tetapi tetap seragam dan berlintasan lurus. Dinyatakan secara abstak , kita bisa mengatakan : Jika sebuah massa m bergerak secara seragam dalam lintasan garis lurusterhadap suatu system koordinat K , maka ia juga akan bergerak secara seragam dan berlintasan lurus relative terhadap system koordinat kedua K’ dengan catatan bahwayang terakhir ini (K’) juga sedang menjalani gerak translator seragam terhadap K. Berkenaan dengan pembicaraan pada bagian sebelumnya, diketahui bahwa :
“Jika K adalah suatu   system koordinat Galileian, maka semua system koordinat K’ yang lain adalah juga merupakan system koordinat Galileian, apabila dalam hubungannya dengan K ia berada dalam kondisi  gerak translasi yang seragam. Relatif terhadap K’ ,hokum-hukum mekanika Galilei-Newton berlaku dengan baik dan pasti seperti mereka juga berlaku terhadap K.”

Statistik